Minggu, 13 Januari 2013
Pebisnis dan Tanggung Jawabnya
Pebisnis dan Tanggung Jawabnya
Oleh: Faizatul Fitriyah*
Setiap individu, kelompok, dan perusahaan termasuk pelaku bisnis tidak bebas sendiri menentukan apa yang menjadi cita-cita dan tujuannya. Tetapi ada sebuah nilai dan tata cara (aturan) yang harus diperhatikan agar orang lain tidak dirugikan. Akhirnya, terciptalah yang namanya tatanan hidup yang saling menguntungkan. Hal seperti itu juga menjadi prinsip dalam praktek ekonomi dan pelalu bisnis.
Dengan perkembangan ekonomi yang begitu pesatnya, akan menambah semangat para pebisnis untuk terus meningkatkan bisnisnya seefesien mungkin. Pebisnis semakin terdorong untuk terus berusaha mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya, mereka menganggap keuntungan harga mati. Walaupun cara mendapatkannya harus dengan cara apa saja. Mereka layaknya mempunyai kebebasan dalam menggerakkan laju bisnisnya.
Keuntungan merupakan tujuan utama dari aktifitas bisnis, jika tanpa keuntungan maka pelaku bisnis tidak akan bergerak, investor tidak akan menanamkan modalnya jika tanpa pemicu (yaitu keuntungan). Disamping itu dengan keuntungan setiap organisasi atau perusahaan bisa bertahan dengan kegiatan bisnisnya.
Ironisnya pelaku bisnis menangkis balik masalah keuntungan itu sendiri, terkadang mereka mengambil keuntungan banyak di atas penderitaan masyarakat seperti halnya pasca kenaikan BBM, sidang belum juga kelar harga bensin dinaikkan terlebih dahulu mendahulukan ketentuan yang berlaku. Jika bukan harga yang di naikkan maka nilai takar bensin itu sendiri mengurang, karena biasanya penuh sampai mulut leher. sekarang bisa sampai dibawa leher botol bensin itu sendiri (khusus pengecer), ada juga orang dagang kue yang semakin hari ukuran kuenya makin mengecil dan mengempes padahal harganya sudah dinaikkan. Sungguh sangat mengejutkan sekali.
Berkaca pada ekonomi Cina yang ketika harga naik, wujud barang yang dijual tidak berubah dari aslinya pasti masyarakat akan terus menganugerahkan kepercayaan pada setiap pelaku bisnis sehingga rakyat (konsumen) yang sejahtera tidak hanya dari kalangan (pebisnis) atas saja akan tetapi merata sampai ke masyarakat kalangan bawah.
Maka dari itu sangat diharapkan bagi pelaku bisnis (tanpa terkecuali), mengambil untung tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga memikirkan kesejahteraan rakyat kecil. Karena bagaimanapun tanpa rakyat kecil, rakyat kalangan atas bukanlah apa-apa, karena suatu saat mereka akan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Setiap pelaku bisnis haruslah memahami apa etika bisnis agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan apalagi sampai merugikan masyarakat. Misalnya dalam mendapatkan keuntungan dipergunakan sebagai ekspansi perusahaan sehingga perusahaan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat yang pontang panting, kesana kemari mencari pekerjaan. Mereka pasti merasa sangat beruntung jika masih ada manusia yang membutuhkan tenaganya. Dan sebaliknya rakyat kecilpun juga akan menghargai pelaku bisnis dengan sepenuh hati.
Marilah kita bersama bergerak mengangkis martabat rakyat kecil yang hidup di tempat yang di anggap kurang layak. Misalnya dikolom jembatan, masih untung tidak ada sampah yang berserakan di sekitar kolom jembatan itu. Kalau hanya menunggu uluran tangan dari pemerintah rasanya tidak mungkin sekali. Pelaku bisnis haruslah bertindak tegas atas masalah itu, agar semakin hari tidak semakin bertambah angka kemiskinan di negeri kita. Karena realitanya Indonesia mendapatkan peringkat terakhir jika dilihat dari tingkat kemakmurannya. Mari kita renungi dan praktikkan bersama rasa kasih sayang dan menghargai terhadap saudara kita (bangsa Indonesia). Kalau bukan kita siapa lagi?
* Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya & Alumnus PP. At-Taufiqiyah - Sumenep.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar